Bagi seorang pemilik situs, iklan menjadi salah satu sumber pemasukan yang besar. Tidak heran, kalau iklan ditempatkan pada bagian-bagian yang mengundang pengunjung untuk mengekliknya. Namun, siapa sangka, berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dari Universitas Stanford, 80 persen remaja di Amerika Serikat ternyata tidak bisa membedakan antara iklan dan berita di internet.
Penelitian yang dilakukan oleh Stanford ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi berita di kalangan remaja Amerika. Mereka diminta untuk melakukan respons terhadap tulisan yang muncul di Facebook, Twitter, blog, foto, dan lain-lain. Hasilnya, para peneliti mengumpulkan sebanyak 7.804 respons dari para pelajar yang tinggal di 12 negara bagian Amerika.
Para peneliti mengungkapkan, hasil penelitian ini menunjukkan betapa rendahnya tingkat persepsi para remaja di Amerika Serikat. Banyak yang menganggap remaja sebagai pihak yang memiliki kemampuan lancar dalam bersosial media. Dianggap tahu bagaimana cara mendapatkan informasi dengan benar di sosial media. Namun, siapa sangka kalau ternyata anggapan itu salah 180 derajat.
Fakta yang diungkapkan oleh para peneliti dari Universitas Stanford ini memang hanya dilakukan di Amerika. Namun, menengok fenomena serupa di Indonesia, tidak menutup kemungkinan kalau hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Terlebih, baik di Amerika dan di Indonesia, saat ini menghadapi permasalahan yang sama. Yakni, merebaknya berita palsu. Oleh karena itu, setiap pengguna internet harus memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi yang akurat. Namun, kalau membedakan iklan dan berita saja tidak bisa, bagaimana para remaja dapat menemukan berita yang akurat?
Sumber: Beritateknologi.com
Silahkan Berkomentar Sesuai Artikel EmoticonEmoticon